Rabu, 15 Februari 2012

Ku tak sanggup dan tak mampu marah kepada suamiku

Mengapa Aku Menahan Amarahku Kepada Suamiku..

Suatu hari, dua orang wanita yang bersahabat saling bertemu dan bertukar cerita. Salah satu dari mereka lalu mengungkapkan rasa penasarannya bahwa sahabatnya terlihat sangat jarang sekali marah kepada sang suami, atas bagaimanapun perlakuan yang diterimanya.

Lalu sang sahabat berkata....

Ketika kemarahan itu sudah sampai diubun- ubun, lalu aku masih menahannya dan mencoba tetap mendidik diriku untuk tetap menginga, betapa jasanya yang dalam himpitan kesusahan, lelah dan penat, dia berusaha mencukupi nafkah untuk aku dan keluargaku. Dan tidak jarang pula, akhirnya dia melupakan perawatan atas dirinya sendiri.

Aku seperti halnya kamu, adalah seorang wanita yang diciptakan lebih lemah dari pada lelaki. Dan saat kelemahanku itu hadir dan mengusik mereka, seribu satu kemakluman beliau hadirkan untuk tetap mengerti kekuranganku sebagai wanita.

Terkadang keegoisan kami sama- sama datang, namun naluri mengalahnya atas perempuan manja yaitu aku, akan segera dimunculkan olehnya. Direngkuhnya aku dan terucaplah perkataan maaf. Dan, dari disanalah perdamaian kami tercipta. Dan kamipun semakin bertambah mesra.

Tapi....

Tidak jarang pula, ketika rasa "keunggulannya" sebagai lelaki hadir dan membuatnya sedikit terbawa dalam ego, hal itu memang membuatku sedikit sakit hati, yah aku kan hanya manusia. Namun kesempatan itu tidak aku sia- siakan, aku tata batinku sedemikian rupa sehingga aku terlihat menyenangkannya dalam luasnya hatiku menerimanya. Aku yakin, Allah yang Maha melihat akan lebih ridho kepadaku saat itu.

Saat tiada teman berbagi, dialah yang menyediakan pundaknya yang kuat untukku menangis. Kekuatan pikiran dalam logisnya dia berpikir, yang jelas- jelas memang lebih kuat dari pada aku, akhirnya memberi ruang bagiku sejenak untuk merasa nyaman dan terlindungi. Sekuat- kuatnya wanita didunia ini, tapi sesuai dengan fitrahnya, wanita tetap dan pasti akan merasa butuh diayomi oleh laki- laki.

Rasanya tiada teman yang paling pantas aku akrabi selain suamiku. Dan memang sebagai manusia biasa, dia tidak akan lepas dari kekurangan, seperti halnya aku. Lalu setelah semua itu aku sadari, untuk alasan apalagi aku harus menuntutnya menjadi sempurna? Dan dalam keterbatasan serta kekurangannya sebagai manusia, masih pantaskah aku menuntutnya untuk harus selalu berlaku dan memberi lebih kepadaku?

Dan bukan berarti aku merendahkan diriku sendiri atasnya, namun... dengan kalimatku ini, aku mencoba sadar diri, betapa aku mempunyai banyak kekurangan sebagai wanita. Dan dia tetap memilih aku, dan memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu hidupnya denganku, membimbing, mengayomi, dan menafkahi aku. Lalu... berilah aku satu alasan, dari celah mana aku bisa tetap beralasan untuk tidak bisa menahan lidahku atas suamiku?

Dengan menahan kemarahanku padanya, insyaAllah akan memberi gambaran jelas tentang diriku, istrinya, yang sebenar- benarnya. Jika aku selama ini belum dapat membuatnya bangga, mungkin saat inilah yang tepat bagiku mengukir kenangan yang dapat membanggakannya. Membuatnya bangga bahwa aku adalah istri yang dapat tetap mengertinya, bahkan dalam keadaan marah sekalipun. Setelah itu, aku yakin dia akan berkata pada hatinya, bahwa dia bersyukur telah meletakkan pilihan atas separoh hidupnya kepadaku.

Dan apakah kau tahu, bahwa suamiku adalah ladang amal yang InsyaAllah akan membawa ku kepada surga Allah yang abadi. Keridhoannya adalah kunci pembuka pintunya, dan mengalah sedikit bukan berarti menjadi budaknya, namun sikap sabar itu yang justru akan memuliakan kita dihadapannya.

Maka, aku belajar untuk tidak merelakan hidup dan hatiku diatur oleh rasa. Rasa amarah, rasa benci, dan apapun yang justru akan membelokkan fokusku dari menghimpun pahala dari sang maha kuasa. Maka dari itu pula, aku ingin mencintai suamiku karena Allah. Hanya karena Allah saja. Jadi setiap kali aku marah kepadanya, aku akan kembali mengingat Allah dan mengingatnya hanya sebatas manusia yang penuh dengan kekurangan, seperti halnya aku. Hal itu yang menjauhkanku dari penghakiman apapun atas suamiku. Setelah itu, betapa hanya keteduhan yang akhirnya memenuhi hatiku, dan hilanglah amarahku.

(Syahidah/Voa-Islam.com)

Selasa, 07 Februari 2012

Renungan bagi suami

Adakah hari ini engkau menyakiti istrimu...
Adakah engkau meninggalkan sayatan di hatinya...
Hingga butiran permata bening itu jatuh dari sumber muaranya...

Adakah engkau telah membengkakkan telinganya...
Dengan suaramu yang kasar dan tidak ada indahnya sama sekali...
Adakah engkau menciptakan kebencian di hatinya...
Dengan sikapmu yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali...

Dan sekarang, saat dia sudah tertidur lelap, seperti biasanya...
Engkau menciumnya, memeluknya dan sambil berlirih menyesal...
Penyesalan kenapa....kenapa aku tadi...kenapa aku sampai...
Tidak seharusnya aku seperti tadi...

Dan seperti biasa, engkau membelai setiap jengkal kulitnya...
Andai kita tahu, bukan fisiknya yang sakit...
Namun hatinya yang lebih sakit. Dan akan membekas di ingatannya sangat lama.

Bayangkan jika mata itu tidak akan lagi terbuka esok hari...
Atas takdir Tuhan yang kita tidak pernah siap.

Istri...
Istri adalah anugerah Tuhan. Di mana tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah...

Istri adalah anugerah gratis dari Tuhan sebagai pendampingmu ...
Kita bisa tertawa,bahagia tanpa berbayar, bukan...
Nikmat yang sangat nikmat melebihi materi sejuta dunia...
Karena nikmat itu, ada kebahagiaan.
Pernahkah kita berfikir pengorbanan seorang istri,dari awal menikah dia melepaskan sebagian kebebasannya utk mengabdikan dirinya,kebebasannya terenggut ,beban hidupny bertambah utk merawatmu dan anak2mu,fisiknya dipertaruhkan utk kesenanganmu dan anak2mu.merawatmu jika kelak km sakit,Seorang suami memang pantas untuk menghargai, menghormati, memuliakan dan menyayangi istrinya betapapun dalam pandangannya, istrinya itu banyak kekurangannya. Sebab, jika pun ukurannya dikembalikan pada standar materi, pekerjaan menjadi seorang istri sesungguhnya amat mahal .Dan hanya sedikit laki2 yang menyadari itu ,,Karena itu, tak ada alasan bagi para suami, untuk tidak memuliakan dan menyayangi istrinya dengan setulus hati.
Karena bagaimanapun pengorbanan seorang istri patut diperhatikan karena istri adalah seseorang yg tdk sedikitpun memiliki hub darah dgn kita tapi mau berkorban utk kita Dan kita, terkadang sok pintar menganggap kita adalah kepala rumah tangga yang slalu benar dan tak pernah memikirkan perasaan seorang istri ,,
Bahkan terkadang Kekerasan, kekasaran, intimidasi, ancaman sering kita keluarkan hanya utk dianggap sbg imam yang tegas ...

Jika mulut bisa memohon, mereka pasti tdk ingin sakit batin,
Tolong bagi para suami ... Sebelum smuanya terlambat Jangan pernah tindas hati sang istri yang bermula dari sebutir pasir keegoisan ...berilah dia kebahagiaan krn inilah yang ak rasakan sebersit penyesalan ketika Tuhan mengambil istri yang slama ini mendampingiku ,, terngiang saat dia meneteskan airmata atas perlakuanku,saat dia kecewa kemanjaan yg dia inginkan tak pernah ak beri ,saat dia hanya bisa menyimpan sendiri smua rasa sakit dihatinya ..dan yg lbh menyakitkan adl ketika ak membaca coretan terakhirnya sehari sebelum dia meninggalkan kan kami semua
"Hri ini bnr2 sgt menyakitkan suamiku ternyata bisa memakiku spt itu...kau berkata berulang2 kata2 yg menyakitkanku ,, yaaah ak ingin smua ini berakhir !!! Kini ak disini tanpa ada lagi seseorang utk mengatakan ak cantiik .. Utk menghapus airmataku ketika menetes di pipi. Untuk brbagi rasa takut,senang dan kemenanganmu,untukku bersandar manja..

Kau tau suamiku aku merindukanmu tiap hari ketika kau pergi
Ak ingin melihat senyummu di tiap malamku
Selalu berharap tiap jam bersamamu.. Ak mencintaimu
Tapi kau hancurkan itu ..kau hancurkan rsaku .. Bahkan kau bunuh rasaku "

#untuk istriku disurga skali lagi maafkan ak istriku kini ketika smua telah terlambat ak menyesal sangat menyesal ,ak memperlakukanmu seolah2 kau akan sll ada disampingku ,,ak lupa kau bisa pergi kapan saja ,, smpai skrg pertanyaan yg masih tertinggal hanya ' Tuhan mengapa kau mengambil istriku bgt cepat ??!! '

Rabu, 02 November 2011

-Suara Hati-

Jika aku harus memilih memiliki tubuh langsing seperti sebelum menikah atau berperut buncit karena mengandung anak kita. Maka aku akan memilih untuk mengandung, karena disaat itulah aku rasakan kekuatan untuk melindungi dan mencintai..

Jika aku harus memilih memiliki payudara indah seperti para model atau payudara yang membengkak karena air susu. Maka aku akan memilih payudara membengkak yang mampu memberi kehidupan. Karena disanalah aku belajar untuk berkorban dan memberi kehidupan.

Jika aku harus memilih untuk melahirkan sesar atau berjuang untuk melahirkan. Maka aku akan memilih untuk berjuang sekuat tenaga melahirkan anak kita. Karena menunggu kelahiran anak kita dari menit ke menit, yang begitu menyakitkan adalah seperti menunggu antrian menuju Jannah-Nya. Sehingga ketika bayi kecil kita terlahir dengan Asma Allah, para malaikat pun tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit.

Jika aku harus memilih hidup tanpa beban dan bebas seperti saat aku belum menikah atau hidup dengan segala keterbatasan bersamamu dan buah cinta kita. Maka aku akan memilih untuk selalu bersamamu

Tetaplah bersamaku mengarungi bahtera ini, karena akan begitu banyak ombak yang akan menghadang lajunya. Tetaplah menggenggam tanganku dalam keyakinan berpasrah atas setiap ketentuan-Nya. Tetaplah mencintaiku dengan cinta yang tiada pernah ingkar…

Alhamdulillah aku bisa menjadi istrimu dan aku bahagia menjadi pendamping hidupmu untuk selamanya...

I love you so much....